background:#000000 url(http://petir-project.googlecode.com/files/zuaz-petir.gif) no-repeat center fixed;

Danau Engkaluk Merapi




Pada zaman dahulu, datanglah sekelompok suku Cina dari Vietnam, dengan misi menjelajah seluruh tanah air Indonesia. Kebetulan waktu itu sampailah mereka di tempat yang gersang dan padang pasir yang terhampar luas, karena menurut mereka disitulah tempat tersimpannya kekayaan alam yang tak ternilai harganya, salah satu diantaranya adalah tambang emas. Di sekitarnya terhampar pula ngarai yang begitu luas, kurang lebih 3X5 Km. Karena prospek alam yang menguntungkan, maka mereka ingin menetap disana, oleh karena itu langsung mereka membuat bendungan ditempat itu yang sekarang dikenal dengan sebutan Danau Engkaluk. Kelompok suku Cina tersebut beranggotakan 5 orang, mereka sangat perkasa dan peramah, sehingga dengan mudah menjalin hubungan baik dengan penduduk setempat yaitu dengan suku Ketungau di Kampung Sanong (daerah Seraras). Pengertian kata Seraras sebenarnya adalah selurus-lurusnya. Saking ramahnya saban hari mereka selalu berkumpul dengan penduduk kampung, seperti bertukar pikiran tentang Pertanian, Perikanan Darat, Pertambangan dll. Karena mereka pelaut ulung sehingga pandai berdayung menggunakan sampan mengarungi sungai dan danau.
Pada suatu hari di datanglah suku dari daerah Sepauk (Sintang) karena bertepatan dengan musim ngayau, ngayau artinya keperkasaan seorang laki-laki pada suku tertentu dengan membawa kepala manusia dijadikan sebagai tumbal. Tujuan dari suku tersebut ingin mengayau di kampung Sanong, sesampainya mereka di lokasi Engkaluk serta merta memaksa kelompok Cina untuk mengantar mereka ke seberang, setelah ditanya kepada mereka ternyata satupun tidak ada yang mau mengentar. Dengan demikian gayung bersambut, perlawananpun tidak dapat dihindarkan lagi. Perlawanan yang tak berimbang satu berbanding sepuluh itu, mengakibatkan empat dari kelima suku Cina tersebut harus menerima takdir dan kenyataan, sedangkan yang satunya bersembunyi di balik dalong yang besar (kuali/kawah), yang kebetulan tertelungkup di belakang barak tempat tinggal mereka. Dengan persembunyian itu maka selamatlah satu dari kelima suku Cina tersebut. Kemudian setelah peristiwa itu terjadi suku yang datang dari Sepauk segera meninggalkan tempat dan menenteng empat buah kepala suku Cina yang terbunuh tadi dan mereka segera kembali ke daerah Sepauk lagi. Setelah beberapa saat suasana aman, keluarlah yang bersembunyi tadi kemudian langsung memberitahukan kepada penduduk lain. Mendengar peristiwa yang dilaporkan tadi penduduk
Kampung Sanong menjadi berang. Tanpa basa-basi mereka segera berkumpul, dan balik menyerang suku yang datang dari Sepauk, yang kebetulan masih dalam perjalanan pulang. Rombongan tersebut langsung mengepung tanah genting yang diapit oleh dua buah bukit. Pertemuan tak dapat dihindari perang sengitpun langsung terjadi. Akhir dari penyerangan tersebut Suku dari Sepauk semuanya mati dan kemenangan jatuh kepada Suku Ketungau yang berasal dari Kampung Sanong. Setelah acara ritual dengan kematian orang-orang suku Cina tadi, yang tersisa hanya satu orang mereka kembalikan ke Tiongkok. Danau Engkaluk setelah ditinggalkan oleh suku Cina tadi hampir menjadi semak belukar yang tampak hanya hamparan pasir yang luas dan Danau Engkaluk yang tenang tanpa penghuni. Kurang lebih pada abad ke 17 datanglah Bangsa Inggris, mereka membuka lahan perkebunan karet tepatnya di pesisir lokasi Danau Engkaluk yang pada waktu itu Kampung Sanong telah berganti nama menjadi Seraras dengan Kepala Kampung KIAYI DRAMAN. Dan Kebayannya bernama YAHYA BIN MOHAMMAD YASIN. Untuk memperkuat kedudukan dan mencari simpatik rakyat, maka Yahya M. Yasin diangkat oleh Inggris menjadi mandor di perkebunan karet milik Inggris yang berada di Danau Engkaluk dan pesisir Sungai Kapuas.
Sepeninggalnya Inggris dari Indonesia, Danau tersebut oleh Inggris diserahkan kepada turunan Yahya M. Yasin untuk dijaga dan dilestarikan sebagai tanda peninggalan. Setelah melewati beberapa kurun waktu, datanglah Belanda ke Indonesia, dan daerah itu juga menjadi sasaran empuk para pendatang. Karena tidak lain yang menjadi incaran mereka adalah sumber alam yang terkandung di dalamnya. Danau tersebut pada waktu itu oleh Belanda langsung sebagiannya dibongkar, karena menurut mereka terdapat buaya yang dapat membahayakan keselamatn penduduk, dengan peristiwa itu maka keringlah genangan air yang ada di dalam danau. Seiring waktu dan sejarahpun mencatat, sampai sekarang Danau Engkaluk tetap tergenang air, yang rencananya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau, daerah tersebut akan direnovasi dan dilestarikan kembali agar sejarah tidak akan hilang ditelan zaman.

2 Comments:

  1. Unknown said...
    Data ceritanya dari sumber mana gan
    Unknown said...
    Data ceritanya dari sumber mana gan

Post a Comment