Wisata Batu Nuak adalah tempat rekreasi terbuka untuk umum yang terletak kurang lebih 37 km dari ibu kota Kabupaten Sekadau, jika kita menuju ke lokasi dari kota sekadau menggunakan kendaraan roda empat sampai di kecamatan nanga taman langsung menuju tugu CIDAYU (Cina Dayak Melayu) langsung belok kiri, dari tempat ini kita tidak bisa menggunakan kendaraan roda empat melainkan hanya dapat dilalui roda dua kuang lebih 20 menit (7 km) sampailah kita menjumpai kampung Nuak, menuju lokasi kita harus membayar karcis masuk Rp 3000/1 motor kurang lebih 10 menit menggunakan sepeda motor sampailah kita ke lokasi wisata Batu Nuak
Hadrah adalah salah satu jenis kesenian yang bernuansa islami karena isi lirik dan gerak geriknya selalu memuji kebesaran Allah para rosul beserta para sahabat-sahabatnya. Kegiatan ini adalah merupakan malam penutupan acara perlombaan antar RT yang ada di wilayah Kecamatan Sekadau Hilir dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1430 H bertepatan dengan 21 September 2009 Masehi berlokasi di alun-alun pasar tradisional pantai kapuas sekadau, adapun jenis perlombaan yang dipertandingkan panitia menyiapkan sejumlah piala yang berasal dari beberapa sponsor sampai merebut piala tetap Bupati Sekadau khusus bidang perlombaan meriam bambu tradisional, perlombaan yang lain diantaranya meriam karbit, pawai ta'ruf, hadrah, jepin.
Fungsi Tiang Sanonk dikala itu adalah untuk menggantungkan kepala manusia dari hasil usaha mereka membunuh orang lain yang dianggap dapat merugikan, atau ancaman bagi kampung halaman mereka.
Suku yang menempati daerah tersebut adalah suku Ketungau. Suku ini mempunyai kepercayaan turun temurun yaitu belum mengenal adanya Tuhan ( Animisme ). Mereka sangat percaya
dengan adanya benda-benda yang bersifat mistik.
Diwaktu-waktu tertentu mereka selalu menyembah mpaguk
(Patung Kayu) yang dibuat menyerupai manusia, atau kayu besar yang dianggap mereka mempunyai roh.
Tiang Sanonk merupakan tiang yang dianggap keramat , setiap adanya gawai atau hari besar. Para tetua dan sesepuh adat selalu menyembah dan memberikan sesajen/persembahan pada tiang tersebut.
Dari hari ke hari waktu terus berjalan, datanglah bangsa Belanda dan Inggris dengan membawa kepercayaan baru yaitu agama Nasrani.
Besarnya pengajaran yang diberikan oleh agama Islam pendatang ini, berangsur-angsur mereka terangkul, dan mengikuti ajaran Islam.Dengan adanya agama tersebut, membuat mereka melupakan kebiasaan yang sudah dianutnya turun temurun berangsur-angsur sirna. Mereka tidak lagi memberikan persembahan, dan tidak lagi menyembah berhala (Mpaguk), atau yang bersifat mistik. Juga tidak lagi datang ke tiang sanonk yang dulunya mereka anggap keramat. Mpaguk di Nanga Madam dan Tiang Sanonk hingga kini masih berdiri tegak hanya sudah tidak terawat lagi.
Ketinggian air terjun ini 80 meter, dan mempunyai tujuh tingkatan. Menurut tetua adat masyarakat setempat, air terjun ini mempunyai cerita tersendiri.
Di zaman dahulu kala hidup seseorang yang sudah tua, namanya Akik Temakau. Ia sangat gemar menginang dan menyugi tembakau. Pada suatu hari ia bepergian dari Natai Ubah menuju ke daerah Taman yang kebetulan jalanya melintasi di atas danau tersebut, bongkahan kayu yang hampir rapuh dimakan usia yang membelah danau itu dijadikannya sebagai titian.
Sesaat sedang berada di atas kayu tersebut Akik Temakau istirahat rencananya mau menginang lagi. Waktu membelah buah pinang diatas titian tersebut, tiba-tiba pinang terbelah dua dan parangnya nancap di kayu itu, bukan main terkejutnya
Akik Temakau melihat darah yang begitu banyak keluar dari kayu tadi, setelah diamati ternyata bukan kayu yang menjadi titian Akik Temakau melainkan belakang ular besar.
Jarak tempuh dari Sungai Ayak sampai ke lokasi, kurang lebih 15 Km. Perjalanan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Ketinggian air terjun tersebut 50 meter. Selain Goa Ratu Kudong, dibawahnya kala hujan dapat dijadikan tempat berteduh.
Keunikan air terjun ini adalah di dinding bagian tepi air terjun tersebut ada terdapat gua yang menjorok ke dalam yang disebut gua Ratu Kudung, konon sebagai tempat bertapa Ratu Kudung dari Kerajaan Sekadau.
Air Terjun Sirin Punti terletak di Hulu Sungai Taman Kampung Sangke Dusun Kelampuk Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau.
Jarak dari Ibu Kota Kecamatan Nanga Taman ke lokasi, kurang lebih 12 km dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat hanya sampai di ibu kota Kecamatan, jika menuju ke lokasi dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua ( Sepeda Motor ).
Air Terjun Sirin Punti
perahu diperintahkan untuk mengambil buluh (Bambu) ke atas, sekembalinya dari atas ternyata yang memegang bambu tersebut hanya kedengaran suaranya tapi tak nampak badannya, Pangeran Agong penasaran, beliau juga ingin memegang bambu tersebut, kejadian juga sama dengan yang dialami oleh sahabatnya.
Beliau lalu pulang dan berkata pada anak istri dan kaum kerabat yang setia menjadi pengikutnya, beliau bersabda.
Wahai … hulu balang yang setia kepadaku, berkumpullah dihadapanku. Bagaimana andai kata kita pindah dari kerajaan ini ! …. Jawab rakyat kami setuju, kami setia menjadi pengikutmu, wahai baginda raja.
Seketika itu pula mereka pergi beramai-ramai ke seberang, membangun pemukiman baru di seberang kapuas, tepatnya didaerah Lawang Kuari.
Setelah kerajaan jadi, dihilir kerajaan terdapat suku daya’ dihulu kerajaan terdapat suku Cina, ditengah-tengah kerajaan ( Balai Raja ) yaitu Keraton Pangeran Agong. Kemudian kerajaan tersebut ditabur di sekelilingnya abu gelap yang terdapat di dalam buluh tadi dan menghilang ( Batang Panjang Menghilang ).
Hanya yang nampak gua-gua belaka hingga sekarang.
Lawang Kuari sekarang menjadi objek daya tarik wisata ( ODTW ) di Kabupaten Sekadau.
Karena bentuknya unik dan menarik, sangat perlu untuk disimak dan dikaji. Buah padi ini sudah tidak berisi lagi jadi tinggal kulitnya saja. Menurut sebagian masyarakat jalan Tamtama Desa Sungai Ringin, keberadaan padi tersebut usianya memang sudah cukup tua
Dikisahkan oleh masyarakat setempat, di zaman orang besar / Inik Kamonink (lebar dadanya tujuh asta), kurang lebih ratusan tahun yang lalu. Padi merupakan makanan pokok seperti layaknya kita sekarang.
Karena usianya sudah cukup lama, maka ada yang meyakini ( ditahyuli ) setiap ada musim tanam padi, kulit padi tersebut dikikis dan ditaburkan pada lahan (huma) yang akan ditanami padi, dengan harapan usahanya akan terhindar dari hama dan mendapat berkah dan safa’at, karena zaman sudah maju sekarang sudah tidak dilakukan lagi.
Sebenarnya padi ini utuh, karena banyak keluarga yang turun temurun ( pusaka), padi tersebut dibagi dua. Separuh ada di Sekadau, yang separuhnya lagi ada tersimpan pada kerabat turunannya di Landau Kodah seberang kapuas.